Ada sebuah artikel bagus di
Babycenter.com dari Adele Faber (penulis buku Best Seller "Siblings Without Rivalry") yang layak jadi referensi para orang tua untuk menjawab ekspresi2 kecemburuan kakak pada adik. Berikut beberapa yang dapat saya terjemahkan dg penyesuaian:
1. Anak: "Kenapa sih mesti punya adik bayi lagi?! Aku ga mau punya adik!"
Daripada menjawab: "Nanti kakak juga akan sayang kok sama adik.."
Akan lebih baik menjawab: "Oh jadi begitu yang Kakak rasakan? Memang gimana perasaan Kakak? Coba ceritakan ke Bunda. Kakak akan selalu jadi kesayangan Bunda..."
2. Anak: "Siapa yang paling Bunda sayang, aku atau adik?"
Daripada menjawab: "Bunda sayang semuanya..."
Akan lebih baik menjawab: "Hmm.. Pertanyaan yang agak susah untuk dijawab ya, karena baik Kakak ataupun Adik keistimewaan yang berbeda2, semua sangat spesial untuk Bunda..."
3. Anak: "Oek... Oek..." (Bertingkah seperti bayi)
Daripada menjawab: "Stop! Kakak udah besar, jangan kayak adek bayi gitu!"
Akan lebih baik menjawab: "Oh kakak pengen jadi kayak adek bayi lagi? Yuk sini Bunda gendong2 lagi atau mau dipangku?"
4. Anak: "Bunda lebih sayang sama adek, Bunda lebih perhatian ke adek!"
Daripada menjawab: "Ga kok Kak! Bunda terus perhatian kok ke Kakak"
Akan lebih baik menjawab: "Oh.. Kakak kangen ya sama Bunda? kepengen main sama Bunda? Wah, Bunda sebetulnya juga kangen sama Kakak. Kapan ya, mungkin kita bisa atur waktu untuk main atau jalan2 berdua aja?"
5. Anak: "Bunda selalu aja belain adik!"
Daripada menjawab: "Itu ga benar. Kakak juga sih selalu gangguin adik!"
Akan lebih baik menjawab: "Jadi Kakak merasa begitu? Merasa Bunda ga adil? Coba Bunda dibantu, gimana caranya supaya Bunda bisa adil ke kakak juga ke adik.."
6. Anak: "Aku ga sayang adik, adik dibuang aja, dikasih ke orang lain..."
Daripada menjawab: "Jangan gitu, Kakak sayang kok sama adik.."
Akan lebih baik menjawab: "Kakak merasa begitu kenapa? Adik bikin Kakak sebel, marah ya? Coba ceritakan ke Bunda"
7. Anak: "Aku ga mau punya adik bayi, adik ga usah lahir aja.."
Daripada menjawab: "Kok Kakak kayak gitu sih ke adik?"
Lebih baik menjawab: "Adik bayi memang kadang2 bikin sebel ya? Adik bayi memang belum mengerti. Dulu kakak juga gitu lho. Adik nanti juga tumbuh besar.. kalau sudah besar nanti asyik bisa main sama-sama..."
Mencermati alternatif2 jawaban dari Adele Faber ini saya jadi teringat dengan konsep Gunung Es untuk memahami perilaku anak (dan juga orang dewasa). Bahwa perilaku yang terlihat hanyalah puncak dari gunung es, hanya manifestasi, yang sebenarnya menyebabkan perilaku tersebut yang perlu kita cari tahu. Seperti kata Teh Kiki Barkiah di bukunya, kita dikasih mata tetapi juga dikasih telinga, jangan hanya merespon dari apa yang kita lihat, kita juga perlu mencari tahu dengan bertanya dan mendengarkan. Apalagi dalam konflik yang terjadi antar kakak adik. Setiap pernyataan kita bisa menguatkan tali persaudaraan mereka, tetapi bisa juga membuat jurang, dialog dari hati ke hati dalam suasana tenang harus dibiasakan dibangun. Setiap konflik tidak boleh mengambang, harus ada closing, resolusi yang win win untuk semuanya.
Dan sepanjang yang bisa saya simpulkan, (hampir) semua ekspresi kecemburuan si Kakak, perilaku2 yang menantang kesabaran kita hanyalah ungkapan kurangnya perhatian, ingin disayang, ingin dimanja, seperti dulu saat belum ada adik. Ke Rayyis si Kakak, yang memudahkan saya untuk memahami tingkah2nya adalah dengan selalu mengingat bahwa walaupun dia seorang Kakak, walaupun sudah lancar berkomunikasi, walaupun sudah tambah besar dan pintar, dia tetap ingin dianggap sebagai bayi kesayangan. Saat sikap saya melunak, memahami, memberi banyak pelukan dan perhatian, tingkah2 anehnya otomatis berkurang dan akhirnya banyak menurut. Dan saat saya justru berekspektasi terlalu tinggi, banyak menuntut, banyak batasan, banyak instruksi, tingkahnya makin menjadi.
Ya, ya, tantangan pengasuhan memang tidak berkesudahan, belajar terus, belajar lagi. Semoga Allah senantiasa menunjuki, senantiasa memberi kejernihan pikir, ketenangan hati mengasuh generasi penerus yang semoga solid persaudaraannya dan saling menguatkan dalam ketaqwaan.
Wallahu'alam. Semoga bermanfaat.