Nonton Bareng dan Diskusi Film "The Beginning of Life" Jogja (Chapter 2)





Sabtu lalu untuk kedua kalinya kami mengadakan lagi acara Nonton Bareng & Diskusi film The Beginning of Life di Resto Ingkung Kuali Tamsis. Alhamdulillah hadir 14 orang peserta dan 10 anak-anak. Walaupun lebih sedikit peserta yang ikut tetapi diskusi tetap berjalan dengan seru, berbobot, dan banyak data ilmiah terungkap. Luar biasa Masya Allah.





Walaupun saya sendiri sudah menonton untuk yang ke-4 kali tetap saja, ada masukan yang saya dapat untuk mengoptimalkan lagi langkah2 pengasuhan yang sudah saya terapkan. Begitu pula dengan peserta yang hadir, inilah beberapa kesan tentang film:
• Menjadi pengingat lagi untuk lebih bersabar kepada anak
• Mendapat insight bahwa selama proses tumbuhnya anak dari janin pun sudah berjuang tidak hanya orang tua-nya
• Mendapat pandangan baru mengenai bagaimana seharusnya pengasuhan anak usia dini itu



Tema diskusi yang kami ambil minggu ini adalah Child and Their Environment. Kebetulan beberapa peserta memang concern dan menggeluti bidang pendidikan anak usia dini baik pendidik, researcher, juga Ibu yang berlatar belakang pendidikan psikologi; sehingga diskusi berjalan menarik sekali. Beberapa diantara yang bisa saya simpulkan:

• Lingkungan mengambil peran yang amat penting dalam mempengaruhi perkembangan anak. Dampak yang ditimbulkan bisa jadi positif misalnya anak terpacu untuk lebih mandiri ketika masuk preschool atau TK. Dampak lingkungan juga bisa negatif misalnya perbedaan nilai dan aturan diantara yang klasik: anggota keluarga yang mengasuh anak dalam hal ini para Kakek Nenek, juga yang hangat: pesatnya teknologi informasi baik TV maupun gadget.

• Beberapa peserta sepakat menunda  dan membatasi memaparkan anak terhadap screen activities baik TV maupun gadget. Tidak hanya karena konten yang tidak dapat dijadikan teladan oleh anak juga karena sifat gadget yang membuat anak overstimulated dan tidak terasah semua panca indranya, sehingga in the long term membuat anak sulit berkonsentrasi.

• Mengenai perbedaan nilai & aturan dengan Kakek Nenek juga keluarga besar maka jalan terbaik adalah dialog untuk menyamakan visi dan misi pengasuhan. Dan hal ini tidak bisa instan tertransfer, perlu proses, bertahap, perlu waktu dan ketelatenan.

• Kaitannya dengan membebaskan anak bereksplorasi dan menerapkan batasan-batasan/aturan-aturan terkadang memunculkan kebingungan bagi para orang tua. Penelitian2 di bidang neurosains mengungkapkan bahwa sampai dengan umur 16 tahun anak masih melakukan sesuatu mengambil keputusan berdasarkan memori, bukan nalar/logika. Karena itu mengenalkan nilai, tata krama, sopan santun harus dengan cara yang bisa dipahami anak. Konteksnya perlu dibuat menarik, orang tua perlu membingkai penerapan kedisiplinan menjadi sesuatu yang bisa diterima anak, tidak memaksakan. 

• Dari semua stimulasi terbaik yang dapat diberikan kepada anak, maka bonding atau relasi yang hangat dengan anak adalah stimulasi terbaik.  Perasaan bahwa anak adalah orang yang berharga, penting, disayangi adalah prasyarat agar dapat tumbuh kembang dengan optimal.

Jika tidak mengingat waktu maka diskusi ini bisa jadi mengalir terus 😊. Maka saat tengah hari diskusi kami tutup dengan semangat untuk ke depannya melakukan langkah konkrit seperti yang minggu lalu sudah pernah terungkap: parents meeting & discussion secara rutin dan playdate untuk anak-anak.

Semoga Allah melimpahkan keberkahan pada event ini.




Ayu Kinanti Dewi