Ini kisah nyata yg saya saksikan sendiri.
Suatu sore seorang anak perempuan usia 2,5tahun, Bunga (bukan
nama sebenarnya :p) sedang asyik nonton Baby TV. Tiba2 Papa-nya lewat
didekatnya. Sontak Bunga langsung berkata pd Papanya.
Bunga: Papa, sini nonton tivi sama Bunga.. Lucu banget ini Pa..
Papa: (dg nada males) Bunga.. 'kan bisa nonton sendiri..
Bunga: Mau ditemenin Papa, sini nonton sama Bunga..
Papa: (mukanya tambah ga enak) Kamu ini mulai deh manja2 lagi 'kan...
Si Papa akhirnya dg terpaksa duduk di sebelah Bunga,tapi cuma
beberapa menit aja. Si Papa lalu beranjak.
Papa: Ah, Papa kebelet pipis nih.. sebentar ya..
Si Papa sambil memegangi perut ngacir 'pura2' ke kamar mandi ga
balik lagi.
Saya cuma melongo & menatap kasihan pada Bunga.
Apa sih yang tidak tepat dari perilaku si Papa?
1. Anak berapapun usianya,apalagi balita yang perkembangan
otak-nya sangat dipengaruhi kecukupan afeksi,jika minta didampingi, ditemenin
main, diperhatikan sama sekali bukan perilaku MANJA (yang negatif). There's
nothing wrong with that.
2. Si Papa mungkin capek setelah seharian bekerja, jadi agak
setengah hati mau nemenin Bunga, tetapi si Papa tidak perlu berbohong. Si Papa
bisa menyampaikan baik2 pada Bunga bahwa Papa masih capek, nak. Papa istirahat
sebentar ya setengah jam, nanti kita bisa mainan sama2 lagi.
Anak2, balita sekalipun bisa diberi pengertian seperti itu. Anak yang sering
'dibohongi' begitu bisa kehilangan trust-nya pd orang lain, anak akhirnya sulit
bergaul dan eventually juga sering 'berbohong'.
Kembali ke poin pertama soal MANJA. Mungkin masih ada sebagian
orang tua yang berpendapat: Anak itu jangan terlalu dimanja, nanti jadi ga
mandiri. Anak harus diperlakukan dingin & keras supaya kuat menghadapi
hidup.
Memang benar begitu?
Secara keilmuan Psikologi,justru yang terbukti selama bertahun2
ini malah sebaliknya!
Yang berkuliah Psikologi pasti tidak asing dg Attachment
Theory-nya John Bowlby. Teori ini meyakini bahwa Dependence Leads to
Independence. Anak yang ketergantungannya secara emosional dipenuhi oleh orang
tua (or other main caregiver) secara tepat (secure), akan jadi anak yang lebih
mandiri bereksplorasi & dealing with the real world.
Anak yg orang tua-nya responsif terhadap kebutuhan emosi anak
(anak disupport, dipuji, didampingi, didengarkan dengan penuh empati) akan jadi
anak yang percaya diri menghadapi tantangan2 hidup. Orangtua adalah cerminan bagi
anak tentang dunia yang sebenarnya, jika orang tua terlihat aman & bisa
dipercaya, maka iapun akan dg yakin bereksplorasi di dunia luar.
Teori Bowlby ini juga sudah dibuktikan lewat penelitian2 yg lain
yang terkini. Saya sendiri mengamati bagaimana teman2 saya yang hubungan
emosi-nya hangat & dekat dg orang tua-nya jadi orang2 yg outstanding &
berkarya lebih.
Memang betul, bahwa kita sebagai orang tua harus memanjakan
dengan tepat,jangan sampai tidak mendidik.
Anak meminta ditemani main, dibacakan cerita, didengarkan ceritanya, maunya
bareng2 makan atau sikat gigi, dipeluk ketika takut... itu memanjakan yang
mendidik,yang menguatkan jiwa...
Anak mau mainan atau makanan apapun kapanpun dituruti, apapun
dilayani padahal sudah bisa dilatih mandiri, dibelikan gadget ini itu tanpa
didampingi... Nah,yg begini memanjakan yang melemahkan...
Tentu berbeda ya?
Ketika anak sedang tahap belajar satu life skill misal makan
sendiri atau sikat gigi, pasti perlu pendampingan ekstra di awal, orang tua
perlu memahami & menjalani itu dengan enjoy.
Manjakan anak selagi bisa apalagi di masa 7 tahun awal artinya
berikan afeksi, perhatian, kehangatan, pendampingan, pelukan, ciuman, canda
tawa yang banyak... dengan tetap bertujuan mendidik anak tentang values &
life skill. Karena hal ini menguatkan jiwanya.
Sedangkan penolakan, pengabaian, kepura2an, kebohongan (anak
bisa merasakan loh), ambisi egoisme (orang tua yang punya mimpi, bukan
anaknya), overprotektif,overpanic... akan melemahkan jiwa.
Bagaimana kalo dialog di atas kira2 50 tahun lagi berbalik?
Papa: Bunga... sini sebentar nak, acara tivinya bagus.
Bunga: Aduh Papa ni, 'kan Papa bisa nonton sendiri, Bunga sibuk banyak
urusan..!
Astaghfirullah. Naudzubillahi mindzalik.
Semoga kita semua diberiNya petunjuk menjadi orang tua yang
sikap, perilaku, & perkataannya bisa menguatkan jiwa anak2 kita.
Aamiin.