Bismillah.
Dari sebuah seminar yang saya ikuti juga artikel yg saya baca, ternyata saya menemui sebuah fakta menarik mengenai peran ayah yang terdapat di dalam Al-Qur'an:
Jumlah dialog antara Ayah & Anak jauh lebih
banyak daripada Dialog antara Ibu
& Anak.
Banyak
yang beranggapan para ibu lah yg secara alamiah yang seharusnya mengurus anak dari hari ke hari. Bahkan sampai-sampai ada paham "Anak tu ya urusan Ibu, Bapak nyari nafkah aja, Bapak tahu
beres..". Sungguh menyedihkan, bahkan urusan komunikasi dengan anakpun disampaikan lewat Ibunya. Namun mari coba kita renungkan, kenapa di Al-Qur'an dialog antara Ayah & Anak jauh lebih banyak daripada
dialog antara Ibu & Anak.
Saya setengah kaget saat mengetahui bahwa Al-Qur'an ternyata sudah berlangkah-langkah jauh lebih maju menggariskan pentingnya peran Ayah
dalam pengasuhan. Hal ini tentu bukan kebetulan. Bagi saya temuan ini adalah sebuah cerminan dan sebuah panduan
yang telah Allah sampaikan dalam Al-Qur'an, yang seharusnya kita aplikasikan dalam pengasuhan anak. Setelah
menemukan hal tersebut di dalam Al-Qur'an, mungkin kita jadi bertanya: Memangnya bagaimana dampak atas kurangnya peran Ayah di dalam kehidupan anak?
***
Katakan
orang ini namanya si A. Sejak bayi si A
dititipkan oleh orang tuanya kepada kerabat yang
kebetulan adalah janda. Otomatis pengasuhan dan pendidikan diserahkan
secara menyeluruh kepada seorang janda tersebut. Ternyata di masa dewasanya ditemui bahwa dalam
diri si A ini terjadi gangguan jiwa schizoafektif, yang menurunkan kualitas kognisi, emosi, & sosialnya. Pada
kasus yang lain, katakan orang ini namanya si B, di masa SD sering sekali menjadi korban bullying teman-temannya, sampai sebelum masa kuliah dia merasa menjadi orang yang underdog dan low self esteem. Pada akhirnya saat
masuk kuliah pun si B ini menjalani kuliah dengan sekedar menjalani saja, dengan tidak ada tujuan hidup.
Selain
dari pengamatan saya, cerita dari beberapa orang di sekelilingnya menyimpulkan bahwa mereka sering sekali merasa bingung pada saat harus
mengambil suatu keputusan. Mereka juga kurang yakin dengan dirinya bahwa sebenarnya mereka mampu dan pantas mendapatkan sesuatu. Selain itu mereka juga sering ditemui menunda-nunda pekerjaan yg menjadi tanggung jawabnya. Dan mereka punya ketergantungan emosi yang kurang sehat kepada orang lain, baik kepada kekasih maupun sahabat. Ternyata
pada orang-orang ini ditemukan bahwa peran seorang ayah di dalam kehidupan
mereka begitu dingin ataupun kurang.
***
Penelitian psikologi berpuluh-puluh tahun melaporkan bahwa kurangnya peran orang tua terutama ayah dalam kehidupan anak mengakibatkan si anak:
1. mempunyai
konsep diri yang negatif.
2. cenderung
mengalami kesulitan dalam
adaptasi sosial.
3. berperilaku agresif dan mengarah ke kenakalan remaja.
4. memiliki
masalah-masalah akademis di sekolah.
5. memiliki
masalah pada kesehatan fisik maupun
mental.
6. mengalami
unemployment (tidak mempunyai
pekerjaan) & low incomes (pendapatan yang
rendah).
Saking pentingnya peran Ayah dalam mendidik anak ini, sampai-sampai di negara Amerika Serikat ada gerakan khusus Fatherhood yang mendorong ayah-ayah untuk terlibat aktif
dalam pengasuhan anak. Begitu maraknya masalah-masalah sosial di negara tersebut terjadi, termasuk tingginya kriminalitas, diyakini karena adanya FATHER CRISIS di mana peran ayah
terhadap anak dinilai sangat kurang. Di
sini dapat kita simpulkan bahwa tiadanya, kurangnya, dinginnya peran Ayah jelas menimbulkan dampak-dampak negatif pada perkembangan anak, dan akhirnya dapat berakibat juga pada rusaknya sebuah Bangsa.
***
Bagaimana menurut Ayah-Bunda? Apakah Father Crisis memang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini? Sudahkah Ayah-ayah kita di Indonesia berperan dalam tumbuh kembang anak? Silahkan share pengalaman dan pendapat di kolom komentar di bawah ini.
Labels: attachment parenting, fatherhood, Gentle Parenting, islamic parenting, kurangnya peran orang tua, orang tua, parenting, peran Ayah, peran Ayah dalam mendidik anak, tumbuh kembang anak